Selasa, 22 Mei 2012

Adakah Pengkhususan Puasa Bulan Rajab..??!!


Alhamdulillaahi Robbil Aalamiin, sholawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Bulan Rajab adalah bulan ke-7 dari bulan hijriyah. Pada bulan ini para pengekor hawa nafsu, membuat beberapa hadits palsu , dan hadits – hadits lemah yang di jadikan hujjah, atau pedoman untuk melaksanakan puasa penuh selama 27 hari pada bulan Rajab.

Kita ketahui bahwa bulan Rajab adalah termasuk bulan haram, sebagaimana bulan Muharram yang termasuk bulan haram. hal ini berdasarakan firman Allah ta’ala :

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ 

السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ 

أَنْفُسَكُمْ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (Qs. At Taubah: 36).

Lalu apa saja empat bulan suci tersebut? 

Dari Abu Bakroh, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ 

شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، 

وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679)

Jadi empat bulan suci yang dimaksud adalah (1) Dzulqo’dah; (2) Dzulhijjah; (3) Muharram; dan (4) Rajab.

Di Balik Bulan Haram

Lalu kenapa bulan-bulan tersebut disebut bulan haram? 

Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan, “Dinamakan bulan haram karena dua makna.

Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian.

Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.” 
(Lihat Zaadul Maysir, tafsirsurat At Taubah ayat 36).

Karena pada saat itu adalah waktu sangat baik untuk melakukan amalan ketaatan, sampai-sampai para salaf sangat suka untuk melakukan puasa pada bulan haram. Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.” (Latho-if Al Ma’arif, 214).

Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.” (Latho-if Al Ma’arif, 207).

Tentang Puasa Pada Bulan Rajab.

Mereka berpendapat bahwa bulan Rajab memiliki bermacam keutamaan lalu menganjurkan kaum muslimin untuk melakukan ibadah-ibadah tertentu agar mereka dapat meraih fadhilah atau keutamaan tersebut. Tapi, banyak di antara hadits-hadits yang mendasari seruan keutamaan/fadilah itu yang mendapatkan kritik, sehingga hal ini melahirkan perbedaan pendapat di kalangan ahli ilmu.

Beberapa Hadits Tentang Puasa Bulan Rajab.

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani rahimahullah berkata: “Adapun hadits-hadits yang menyebutkan tentang keutamaan bulan Rajab, keutamaan berpuasa Rajab, atau keutamaan berpuasa beberapa hari pada bulan tersebut, maka terbagi menjadi dua: 
(1) hadits-haditsnya maudhu’ (palsu), dan 
(2) hadits-haditsnya dha’if (lemah) (yakni tidak ada satupun yang shahih, pent).” 
[Tabyiinul 'Ajab Fiimaa Warada Fii Fadhaa-ili Rajab].

Berikut ini beberapa hadits lemah dan palsu terkait bulan Rajab yang sudah tersebar di tengah-tengah umat. Sengaja kami sebutkan agar kita semua mengetahui hadits-hadits tersebut sehingga tidak menjadikannya sebagai sandaran dalam beramal, apalagi menisbatkannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

كَانَ النّبِي صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ رَجَب قال : اللّهُمّ بَارِكْ لَنَا فِي 

رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ.

“Adalah Nabi ketika memasuki bulan Rajab, beliau berdo’a: “Ya Allah, limpahkanlah barakah pada kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” 
[hadits dha'if sebagaimana dinyatakan oleh An-Nawawi rahimahullah]

فَضْلُ شَهْرِ رَجَبٍ عَلَى الشُّهُورِ كَفَضْلِ القُرآنِ عَلى سَائِرِ الكَلامِ، وَفَضْلُ 

شَهْرِ شَعْبانَ عَلَى الشّهُورِ كَفَضْلِي عَلَى سَائِرِ اْلأَنْبِياءِ، وَفَضْلُ شَهْرِ 

رَمَضانَ كَفَضلِ اللهِ عَلى سَائِرِ الْعِبَادِ.

“Keutamaan bulan Rajab atas bulan-bulan yag lain adalah seperti keutamaan Al-Qur’an atas seluruh perkataan, keutamaan bulan Sya’ban atas bulan-bulan yag lain adalah seperti keutamaanku atas seluruh para nabi, dan keutamaan bulan Ramadhan atas bulan-bulan yag lain adalah seperti keutamaan Allah atas seluruh hamba.” [hadits maudhu' sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Hajar rahimahullah].

إِنّ شّهرَ رَجبٍ شهرٌ عظيمٌ مَنْ صامَ فِيه يَومًا كَتَبَ اللهُ بِه صَومَ ألْفِ سَنَةٍ.

“Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan yang agung, barangsiapa yang berpuasa sehari di bulan itu, maka Allah tuliskan untuknya (pahala) puasa seribu tahun.” [hadits maudhu' sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Hajar rahimahullah].

إِنّ فِي الْجنَةِ نَهْرًا يُقالُ لَه رَجَبٌ أَشَدُّ بَياضًا مِن اللّبَنِ وَأَحْلَى مِن الْعَسلِ، 

مَن صَامَ يَومًا مِن رَجَبٍ سَقاهُ اللهُ تَعالَى مِنْ ذَلكَ النّهرِ.

“Sesungguhnya di al-jannah (surga) itu ada sebuah sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu, dan rasanya lebih manis daripada madu, barangsiapa yang berpuasa sehari pada bulan Rajab, Allah ta’ala akan memberi minum kepadanya dari sungai tersebut.” [hadits maudhu'].

إنَّ فِي الْجنّةِ نَهْراً يُقالُ له رَجَبٌ مَاؤُهُ الرّحِيقُ، مَنْ شَرِبَ مِنه شُربةً لَمْ يَظْمَأْ بَعدَها أبَداً، أَعَدّهُ اللهُ لِصَوَّامِ رَجَبٍ.

“Sesungguhnya di al-jannah itu terdapat sebuah sungai yang dinamakan Rajab, airnya adalah ar-rahiq (sejenis minuman yang paling lezat rasanya), yang barangsiapa minum darinya seteguk saja, dia tidak akan merasakan haus selamanya. Sungai tersebut Allah sediakan untuk orang yang sering berpuasa Rajab.” [hadits bathil, serupa dengan maudhu'].

صَومُ أَوّلِ يَومٍ مِن رَجَبٍ كَفّارَةُ ثَلاثِ سِنِيْنَ ، وَالثّانِي كَفّارةُ سَنَتَيْنِ ،والثّالِثُ

كَفّارةُ سَنَة ثُمّ كُلّ يومٍ شهْراً.

“Berpuasa pada hari pertama bulan Rajab sebagai kaffarah (penebus dosa) selama tiga tahun, pada hari kedua sebagai kaffarah selama dua tahun, dan pada hari ketiga sebagai kaffarah selama setahun, kemudian setiap harinya sebagai kaffarah selama sebulan.” [hadits dha'if].

رَجَبٌ شَهرُ اللهِ وَشَعبانُ شَهرِيْ وَرَمضانُ شَهرُ أُمّتِي.

“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan ummatku.” [hadits maudhu'].

خِيَرَةُ اللهِ مِن الشُّهورِ شَهرُ رجبٍ، وَهُوَ شَهرُ اللهِ، مَنْ عَظّمَ شَهرَ رَجب فَقَدْ

عَظّم أمرَ اللهِ، وَمَن عَظّمَ أمرَ اللهِ أَدْخَلَهُ جَنّاتِ النّعِيمِ وَأَوجَبَ لَه.

“Pilihan Allah dari bulan-bulan yang ada adalah jatuh pada bulan Rajab, dia adalah bulan Allah, barangsiapa yang mengagungkan bulan Rajab, maka sungguh dia telah mengagungkan perintah Allah, dan barangsiapa yang mengagungkan perintah Allah, maka Allah akan masukkan dia ke dalam surga yang penuh kenikmatan, dan itu pasti buat dia.” [hadits maudhu'].

مَنْ صَامَ ثلاثةَ أيّامٍ مِن شَهرٍ حَرامٍ كَتَبَ اللهُ عِبادةَ تِسْعِمِائَةِ سَنَةٍ.

“Barangsiapa yang berpuasa tiga hari pada bulan haram, Allah tulis baginya (pahala) ibadah selama 900 tahun.” [hadits dha'if].

مَنْ صَلّى بَعدَ الْمَغربِ أَوّلَ لَيْلَةٍ مِن رجبٍ عِشْرِينَ رَكْعَةً جَازَ عَلَى الصِّرَاطِ بِلاَ نَجَاسَةٍ.

“Barangsiapa yang mengerjakan shalat setelah maghrib pada malam pertama bulan Rajab sebanyak 20 raka’at, maka dia akan melewati shirath dengan tanpa hisab.” [hadits maudhu'].

إنّ شَهرَ رجبٍ شهرٌ عظيمٌ مَنْ صامَ مِنهُ يَوماً كَتبَ اللهُ لَه صومَ أَلْفِ سَنَةٍ

وَمَنْ صامَ يَومَيْنِ كَتَبَ الله له صيامَ أَلْفَيْ سَنَةٍ وَمَنْ صام ثلاثةَ أيّامٍ كَتب 

الله له صيامَ ثلاثةِ ألفِ سَنة ومَن صامَ مِن رجبٍ سَبعةَ أيّامٍ أُغْلِقَتْ عنه 

أبوابُ جهنّمَ وَمَن صامَ مِنهُ ثَمانِيَةَ أيّامٍ فُتِحَتْ له أبوابُ الْجَنّةِ الثّمانِيةُ يَدخُلُ

مِن أَيِّها يَشَاءُ …

“Sesungguhynya bulan Rajab adalah bulan yang agung, barangsiapa yang berpuasa sehari, Allah tuliskan baginya puasa seribu tahun, barangsiapa berpuasa dua hari, Allah tuliskan baginya puasa 2000 tahun, barangsiapa yang berpuasa tiga hari, Allah tuliskan baginya puasa 3000 tahun, barangsiapa berpuasa di bulan Rajab selama tujuh hari, maka pintu-pintu jahannam tertutup darinya, barangsiapa yang berpuasa delapan hari, pintu-pintu al-jannah yang delapan akan dibuka untuknya, dia dipersilakan masuk dari pintu mana saja yang dia kehendaki……” [hadits maudhu'].

مَن صامَ يوماً مِن رجب كانَ كَصِيامِ سَنةٍ، ومن صام سَبعةَ أيّامٍ غُلِّقَتْ عَنهُ

أبوابُ جَهَنّمَ ومَن صامَ ثَمانِيةَ أيّامٍ فُتِحَتْ لَه ثَمَانِيةُ أبوابِ الْجَنّةِ وَمن صامَ 

عَشْرَةَ أيّامٍ لَمْ يَسْأَلِ اللهَ شيئاً إلاّ أعطاهُ اللهُ ومَن صامَ خَمسةَ عَشَرَ يوماً 

نَادى مُنادٍ فِي السّماءِ قَدْ غُفِرَ لَكَ مَا سَلَفَ.

“Barangsiapa yang berpuasa sehari pada bulan Rajab, maka dia akan mendapatkan pahala seperti berpuasa selama setahun, barangsiapa yang berpuasa selama tujuh hari, pintu-pintu jahannah akan tertutup darinya, barangsiapa yang berpuasa selama delapan hari, maka delapan pintu al-jannah akan terbuka untuknya, barangsiapa yang berpuasa selama sepuluh hari, maka tidaklah dia memohon sesuatu kepada Allah kecuali pasti Allah beri, dan barangsiapa yang berpuasa selama 15 hari, maka ada penyeru dari langit yang akan memanggil dia: sungguh dosa-dosamu yang telah lalu telah terampuni.” [hadits maudhu'].

مَن صامَ يوماً مِن رَجَبٍ وصَلّى فِيهِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ يَقْرَأُ فِي أوّلِ رَكْعَةٍ مِائَةَ مَرّةٍ 

آيةَ الْكُرسِي، وَفِي الرّكْعةِ الثّانِيَةِ قُل هُو الله أحَدٌ مِائَةَ مَرّةٍ لَمْ يَمُتْ حَتّى 

يَرَى مَقْعَدَهُ مِن الْجَنّةِ أَوْ يُرَى لَهُ.

“Barangsiapa yang berpuasa sehari pada bulan Rajab, dan shalat empat rakaat yang pada rakaat pertama membaca ayat kursi sebanyak seratus kali, kemudian pada rakaat kedua membaca ‘qul huwallahu ahad’ seratus kali, maka tidaklah dia meninggal sampai dia melihat tempat duduknya di al-jannah atau diperlihatkan kepadanya.” [hadits maudhu'].

مَنْ أَحْيَا لَيْلَةً مِن رجبٍ وصَامَ يوماً، أَطْعَمَهُ الله مِن ثِمارِ الْجَنّةِ، وَكَساهُ مِن 

حُلَلِ الْجَنّة وسَقاهُ مِن الرّحِيقِ الْمَخْتُومِ، إِلاّ مَنْ فَعَلَ ثَلاثاً : مَنْ قَتَلَ نَفْساً،

أَوْ سَمِع مُسْتَغِيثاً يَسْتَغِيْثُ بِلَيْلٍ أو نَهارٍ فَلَم يُغِثْهُ ، أَو شَكَا إِليه أَخُوهُ 

حَاجَةً فَلَمْ يُفَرِّجْ عَنهُ.

“Barangsiapa yang menghidupkan satu malam di bulan Rajab dan berpuasa sehari di bulan tersebut, maka Allah akan memberikan dia makanan dari buah-buahan al-jannah, pakaian dari al-jannah, dan minuman dari ar-rahiqul makhtum, kecuali orang yang melakukan tiga perbuatan: (1) orang yang membunuh satu jiwa, atau (2) mendengar orang lain meminta minum, malam maupun siang tetapi dia tidak mau memberikannya, atau (3) ada saudaranya yang mengeluhkan kepadanya suatu kebutuhannyam, namun dia tidak mau memberikan jalan keluar untuknya.” [hadits maudhu'].

خَمسُ لَيالٍ لاَ تُردُّ فِيهِنّ الدّعْوَةُ : أَوّلُ لَيلةٍ مِن رَجَبٍ، وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِن 

شَعبانَ، وَلَيْلَةُ الْجُمُعةِ، وَليلةُ الْفِطْرِ، وَلَيلةُ النّحْرِ.

“Ada lima malam yang jika sebuah doa dipanjatkan padanya, maka tidak akan tertolak: (1) malam pertama bulan Rajab, (2) malam nishfu (pertengahan) Sya’ban, (3) malam Jum’at, (4) malam ‘idul fithri, (2) malam hari Nahr (malam 10 Dzulhijjah).” [hadits maudhu'].

مَن صامَ ثلاثةَ أيامٍ مِن رجب كَتَبَ اللهُ لَه صِيامَ شَهْرٍ ، وَمن صامَ سَبعةَ أيّامٍ مِن رَجَبٍ أَغْلَقَ الله سَبعةَ أبوابٍ مِن النّارِ ، وَمن صامَ ثَمانِيةَ أيّامٍ مِن رجبٍ فَتَحَ الله لَه ثَمانِيَةَ أبوابٍ مِن الْجَنّةِ، ومن صامَ نِصفَ رَجَبٍ كَتَبَ الله له رِضوانَه، وَمن كُتِب لَه رِضْوانُه لَم يُعَذِّبْه، ومَن صامَ رجب كُلَّه حَاسَبَه الله حِساباً يَسِيراً.

“Barangsiapa yang berpuasa tiga hari bulan Rajab, Allah akan menuliskan untuknya pahala puasa selama sebulan, barangsiapa yang berpuasa tujuh hari bulan Rajab, Allah akan tutup tujuh pintu neraka, barangsiapa yang berpuasa delapan hari bulan Rajab, Allah akan bukakan untuknya delapan pintu al-jannah, barangsiapa yang berpuasa pada pertengahan bulan Rajab, maka Allah akan menuliskan untuknya keridhaan-Nya, dan barangsiapa yang dituliskan baginya keridhaan-Nya, pasti Allah tidak akan mengadzabnya, dan barangsiapa yang berpuasa Rajab satu bulan penuh, maka Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah.” [hadits maudhu'].

أَكْثِرُوا مِن الاسْتِغْفارِ فِي شهرِ رَجَبٍ، فَإِنّ لِلّهِ فِي كُلِّ سَاعةٍ مِنه عُتقاءَ مِن

النّارِ، وَإِنّ لِلّهِ مَدَائِنَ لاَ يَدخُلُها إِلاّ مَن صامَ رَجَب.

“Perbanyaklah istighfar pada bulan Rajab, karena sesungguhnya pada setiap waktu Allah memiliki hamba-hamba-Nya yang akan dibebaskan dari neraka,dan seungguhnya Allah memiliki kota-kota yang tidaklah ada yang bisa memasukinya kecuali orang yang berpuasa Rajab.” [hadits bathil].

بُعِثْتُ نَبِياً فِي السّابِع وَالْعِشْرِينَ مِن رجبٍ، فَمن صامَ ذلك اليومَ كانَ كَفّارَةُ

سِتِّيْنَ شَهْراً.

“Aku diutus sebagai nabi pada 27 Rajab, barangsiapa yang berpuasa pada hari itu, maka itu sebagai kaffarah (penebus dosa) selama 60 bulan.” [hadits munkar].

أَنّ اللهَ أَمَرَ نُوحاً بِعَمَلِ السّفِينَةِ فِي رَجَبٍ وَأَمَرَ الْمُؤمِنِيْنَ الّذِينَ مَعَهُ بِصِيامِهِ.

“Sesungguhnya Allah memerintahkan nabi Nuh untuk membuat perahu pada bulan Rajab dan memerintahkan kaum mukminin yang bersama beliau untuk berpuasa.” [hadits maudhu'].

مَن صامَ مِن كُلِّ شَهرٍ حَرامٍ : الْخَمِيس، والْجُمُعة، والسّبْت كُتِبتْ لَه عِبَادَةُ

سَبْعِمِائةِ سَنَة.

“Barangsiapa yang berpuasa pada setiap bulan haram hari Kamis, Jum’at, dan Sabtu, maka akan dituliskan baginya pahala ibadah selama 700 tahun.” [hadits dha'if].

Dan yang paling masyhur adalah hadits yang dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad didalam musnad 1/259 :

حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ زَائِدَةَ بْنِ أَبِي الرُّقَادِ عَنْ زِيَادٍ 

النُّمَيْرِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ 

رَجَبٌ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Umar dari Za’idah bin Abi Ar Ruqad dari Ziyad An Numairi dari Anas bin Malik, ia berkata : Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila memasuki bulan Rajab, maka beliau mengatakan : “ALLAHUMMA BARIK LANA FI RAJABI WA SYA’BAN WA BARIK LANA FI RAMADHAN ( ya Allah, berkahilah kami di Rajab dan Sya’ban dan berkahilah kami di ramadhan). “

Takhrij Hadits

Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dalam Amalul Yaum Wa Lailah no 659 dari jalan Ibnu Mani yang menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Umar Al Qawariri.

Diriwayatkan pula oleh Al Imam Al Baihaqi didalam Syuabul Iman 3/375 dari jalan Ibnu Abdillah Al Hafidz yang menceritakan kepada kami Abu Bakar Muhammad bin Mua’mal, yang menceritakan kepada kami Fadhl bin Muhammad Asy Sya’rani dari Al Qawariri.

Diriwayatkan pula oleh Al Imam Abu Nu’aim dalam Hilyatul Aulia 6/269 dari jalan Habib bin Al Hassan Ali bin Harun yang berkata : telah menceritakan kepada kami Yusuf Al Qadhi yang berkata : telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abi Bakr yang berkata : telah menceritakan kepada kami Za’idah bin Abi Ar Ruqad.

Diriwayatkan pula oleh Al Imam Al Bazzar didalam Musnadnya ( Mukhtasar 1/285 ) dari jalan Ahmad bin Malik dari Za’idah bin Abi Ruqad.

Maka didalam hadits ini terdapat dua illat :

1. Za’idah bin Abi Ruqad ( زائدة بن أبي الرقاد ), berkata tentangnya imam – imam jarh wa ta’dil :

- Al Bukhari : munkarul hadits ( منكر الحديث )

- Abu Daud : tidak aku ketahui kebaikannya ( لا أعرف خبره )

- An Nasa’i : aku tidak mengetahui siapa dia ( لا أدري من هو )

- Adz Dzahabi : bukan hujjah ( ليس بحجة )

- Ibnu Hajar : munkarul hadits ( منكر الحديث )

2. Ziyad bin Abdillah An Numairi Al Bashri ( زياد بن عبد الله النُميري البصري ), berkata tentangnya imam – imam jarh wa ta’dil :

- Yahya bin Ma’in : haditsnya lemah ( ضعيف الحديث )

- Abu Hatim : ditulis haditsnya akan tetapi tidak sebagai hujjah ( يكتب حديثه ، ولا يحتج به )

- Al Ajurri berkata : aku bertanya kepada Abu Daud tentangna dan dia melemahkan ( سألت ابا داود عنه فضعفه )

- Ibnu Hibban berkata : munkarul hadits ( منكر الحديث )

- Ad Daraquthni berkata : tidak kuat ( ليس بالقوي )

- Ibnu Hajar berkata : lemah ( ضعيف )

Perkataan Para Ulama Tentang Hadits Ini

Serahkan sesuatu kepada ahlinya, apabila berbicara tentang hadits dan derajatnya maka serahkan kepada ahlinya, beginilah ahli hadits berbicara tentang derajat hadits ini :

1. Al Imam Al Baihaqi berkata ( Syuabul Iman 3/375 ) : menyendiri Ziyad An Numairi dan darinya Za’idah bin Abi Ruqad, dan berkata Al Bukhari : Za’idah dari Ziyad munkarul hadits. *

2. Al Imam An Nawawi berkata ( Al Adzkar hal 274 ) : diriwayatkan didalam Hilyah dengan sanad yang dhaif.

3. Al Imam Adz Dzahabi berkata ( Mizanul Itidal 3/96 ) ketika menyebutkan biografi Za’idah bin Abi Ruqad dan hadist ini : dhaif.

4. Al Imam Al Haitsami berkata ( Majma’uz Zawaaid 2/165 ) : diriwayatkan oleh Al Bazzar dan didalamnya ada Za’idah bin Abi Ruqad. Al Bukhari berkata tentangnya : munkarul hadits, sedangkan jama’ah mengatakan majhul.

5. Al Imam Ahmad Al Banna berkata ( Bulughul Amani 9/231 ) : hadits ini dikeluarkan juga oleh Al Bazzar dan dhaif.

6. Asy Syaikh Ahmad Syakir berkata ( Takhrij Al Musnad 4/100 – 101 ) : sanadnya dhaif

7. Asy Syaikh Syuaib Al Arnauth berkata ( Takhrij Al Musnad 4/180 ) : sanadnya dhaif

8. Asy Syaikh Al Albani berkata ( Misykatul Mashabih 1/432 ) : menyendiri Ziyad An Numairi dan darinya Za’idah bin Abi Ruqad, dan berkata Al Bukhari : Za’idah dari Ziyad munkarul hadits.

Kesimpulan : Hadits ini dhaif sebagaimana dikatakan oleh Al Imam An Nawawi dalam Al Adzkar dan Al Imam Adz Dzahabi dalam Mizanul Itidal. Wallahu ‘alam

Beberapa hadits yang disebutkan di atas merupakan sebagiannya saja dari sekian banyak hadits lemah dan palsu terkait bulan Rajab. Wallahul musta’an.

Komentar Ulama’ Tentang Puasa Bulan Rajab :

1- Perkataan Syeikhul Islam Ibn Taymiyyah rahimahullah. Beliau mengatakan,

أَمَّا تَخْصِيصُ رَجَبٍ وَشَعْبَانَ جَمِيعًا بِالصَّوْمِ أَوْ الِاعْتِكَافِ فَلَمْ يَرِدْ فِيهِ عَنْ 

النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْءٌ وَلَا عَنْ أَصْحَابِهِ . وَلَا أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ 

بَلْ قَدْ ثَبَتَ فِي الصَّحِيحِ . أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ 

إلَى شَعْبَانَ وَلَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنْ السَّنَةِ أَكْثَرَ مِمَّا يَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ مِنْ أَجْلِ

شَهْرِ رَمَضَانَ . وَأَمَّا صَوْمُ رَجَبٍ بِخُصُوصِهِ فَأَحَادِيثُهُ كُلُّهَا ضَعِيفَةٌ بَلْ مَوْضُوعَةٌ

لَا يَعْتَمِدُ أَهْلُ الْعِلْمِ عَلَى شَيْءٍ مِنْهَا وَلَيْسَتْ مِنْ الضَّعِيفِ الَّذِي يُرْوَى فِي

الْفَضَائِلِ بَلْ عَامَّتُهَا مِنْ الْمَوْضُوعَاتِ الْمَكْذُوبَاتِ

”Adapun mengkhususkan bulan Rajab dan Sya’ban untuk berpuasa pada seluruh harinya atau beri’tikaf pada waktu tersebut, maka tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dan para sahabat mengenai hal ini. Juga hal ini tidaklah dianjurkan oleh para ulama kaum muslimin. Bahkan yang terdapat dalam hadits yang shahih (riwayat Bukhari dan Muslim) dijelaskan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam biasa banyak berpuasa di bulan Sya’ban. Dan beliau dalam setahun tidaklah pernah banyak berpuasa dalam satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban jika hal ini dibandingkan dengan bulan Ramadhan.

Adapun melakukan puasa khusus di bulan Rajab, maka sebenarnya itu semua adalah berdasarkan hadits yang seluruhnya lemah (dho’if) bahkan maudhu’ (palsu). Para ulama tidaklah pernah menjadikan hadits-hadits ini sebagai sandaran. Hadits-haditsnya bukanlah hadits yang memotivasi beramal (fadhilah amal), bahkan kebanyakannya adalah hadits yang maudhu’ (palsu) dan dusta.”(Majmu’ Al Fatawa, 25/290-291).

Dalam kitab Iqthidho Shirotil Mustaqim, Ibnu Taimiyah berkata, “Tidak ada satu keterangan pun dari Nabi SAW berkaitan dengan keutamaan bulan Rajab, bahkan keumuman hadis yang berkaitan dengan hal tersebut merupakan hadis-hadis palsu.” (Iqthidho Shirotil Mustaqim, 2/624)

2- Perkataan Syeikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin.

وسئل الشيخ ابن عثيمين رحمه الله عن صيام يوم السابع والعشرين من رجب وقيام ليلته .

فأجاب :

” صيام اليوم السابع العشرين من رجب وقيام ليلته وتخصيص ذلك بدعة , وكل بدعة ضلالة ” انتهى .

“مجموع فتاوى ابن عثيمين” (20/440) .

Dan syeikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin di tanya tentang puasa hari yang ke 27 dari bulan rojjab, dan bangun pada malamnya untuk beribadah.

Maka beliau menjawab : ” Puasa pada hari ke 27 dari bulan rajjab, serta bangun malam untuk mengkhususkannya dalam beribadah maka hal itu adalah suatu perkara yang baru ( bid’ah ) dan setiap bid’ah adalah sesat ” Lihat fatwa ibn Utsaimin 20:440

3- Perkatan al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolany.

وقال الحافظ ابن حجر في “تبيين العجب” (ص11) :

” لم يرد في فضل شهر رجب , ولا في صيامه ولا صيام شيء منه معين , ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه حديث صحيح يصلح للحجة ” انتهى .

al-hafidz Ibn Hajar dalam kitab tabyiinul Ujab hal 11

“Tidak ada hadits shahih yang layak dijadikan hujjah tentang keutamaan bulan Rajab, tidak juga dalam puasanya atau puasa tertentu , begitu juga (tidak ada) qiyamullail tertentu di dalamnya”

Beliau juga mengatakan , “Tidak terdapat riwayat yang sahih yang bisa dijadikan dalil tentang keutamaan bulan Rajab, baik bentuknya puasa sebulan penuh, puasa di tanggal tertentu di bulan Rajab, atau shalat tahajud di malam tertentu. Keterangan saya ini telah didahului oleh keterangan Imam Abu Ismail Al-Harawi.” (Tabyinul Ujub bi Ma Warada fi Fadli Rajab, hlm. 6)

4- Perkataan Imam Syafi’i rahimahullah.

Imam Asy Syafi’i mengatakan, ”Aku tidak suka jika ada orang yang menjadikan menyempurnakan puasa satu bulan penuh sebagaimana puasa di bulan Ramadhan.”

Beliau berdalil dengan hadits ’Aisyah yaitu ’Aisyah tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh pada bulan-bulan lainnya sebagaimana beliau menyempurnakan berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan. (Latho-if Ma’arif, 215)

5- Perkataan Ibn Rajab rahimahullah.

Imam Ibnu Rajab juga menegaskan, “Tidak ada satu pun hadis sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keutamaan puasa bulan Rajab secara khusus. Hanya terdapat riwayat dari Abu Qilabah, bahwa beliau mengatakan, ‘Di surga terdapat istana untuk orang yang rajin berpuasa di bulan Rajab.’ Namun, riwayat ini bukan hadis. Imam Al-Baihaqi mengomentari keterangan Abu Qilabah, ‘Abu Qilabah termasuk tabi’in senior. Beliau tidak menyampaikan riwayat itu, melainkan hanya kabar tanpa sanad.’” (Lathaiful Ma’arif, hlm. 213)

6- Perkataan Ibnul Qoyyim al-Jauziyah.

قال ابن القيم رحمه الله :

” كل حديث في ذكر صيام رجب وصلاة بعض الليالي فيه فهو كذب مفترى ” انتهى من “المنار المنيف” (ص96) .

Imam Ibnul Qayyim mengatakan didalam kitab “al Muniful Manar” hal 61 bahwa seluruh hadits yang menyebutkan bulan rajab, melakukan shalat disebagian malam-malam di bulan itu maka ia adalah pendusta dan pembohong.” (Silsilatul Ahaditsil Wahiyah juz II hal 222).

7- Perkataan Syeikh Sayyid Sabiq.

ال الشيخ سيد سابق رحمه الله في “فقه السنة” (1/383) :

” وصيام رجب ليس له فضل زائد على غيره من الشهور , إلا أنه من الأشهر الحرم , ولم يرد في السنة الصحيحة أن للصيام فضيلة بخصوصه , وأن ما جاء في ذلك مما لا ينتهض للاحتجاج به ” انتهى

Penulis Fiqh Sunnah, Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah berkata, “Adapun puasa Rajab, maka ia tidak memiliki keutamaan dari bulan haram yang lain. Tidak ada hadits shahih yang menyebutkan keutamaan puasa Rajab secara khusus. Jika pun ada, maka hadits tersebut tidak bisa dijadikan dalil pendukung.” (Fiqh Sunnah, 1: 383).

8- Perkataan Syeikh Shaleh al-Munajjid.

Syaikh Sholih Al Munajjid hafizhohullah berkata, “Adapun mengkhususkan puasa pada bulan Rajab, maka tidak ada hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya atau menunjukkan anjuran puasa saat bulan Rajab. Yang dikerjakan oleh sebagian orang dengan mengkhususkan sebagian hari di bulan Rajab untuk puasa dengan keyakinan bahwa puasa saat itu memiliki keutamaan dari yang lainnya, maka tidak ada dalil yang mendukung hal tersebut.” (Fatwa Al Islam Sual wal Jawab no. 75394).

9- Perkataan Imam Nawawi rahimahullah.

Imam An-Nawawi, salah seorang tokoh ulama besar di mazhab Asy-Syafi’i mengatakan bahwa tidak ada nash yang tsabit yang melarang puasa pada bulan Rajab, tidak ada nash yang menyunnahkannya dan asal hukum puasa di luar Ramadhan adalah sunnah (mandub), boleh dilakukan kapan saja di luar hari-hari yang dilarang.

10- Fatawa Lajnah Daaimah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’, Saudi Arabia.

Pertanyaan:

Ada hari-hari tertentu di bulan Rajab yang manusia berpuasa di dalamnya. Apakah hari-hari tersebut ada di awal bulan, tengah atau akhir?

Jawaban:

Tidak ada hadits yang menetapkan keutamaan puasa pada bulan Rajab kecuali hadits yang dikeluarkan Nasa’i dan Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dari hadits Usamah, berkata Usamah:“Wahai Rasulullah, saya tidak melihat engkau melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang engkau lakukan pada bulan Sya’ban.” Beliau menjawab: “Bulan Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan oleh kebanyakan orang [Imam as-Syaukani dalam Nailul Authar menyebutkan: ucapan Rasulullah “Bulan Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan kebanyakan orang”, secara tersirat menunjukkan bahwa bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa di dalamnya. 
Tambahan dari penerjemah: selain itu bulan Rajab juga masuk empat bulan Haram yang dimuliakan dan disunnahkan berpuasa di dalamnya. Sehingga dalil keutamaannya secara umum, dan pelaksanaannya tidak ada pengkhususan pada hari-hari tertentu di bulan Rajab.

Kesimpulan: 

Silahkan melakukan puasa-puasa sunnah di bulan Rajab, dengan melakukan puasa-puasa yang ada yang dalil syar’inya, apakah puasa ayyamul bidh, puasa senin-kamis dan jangan membuat hari-hari khusus sendiri pada bulann Rajab. Allahu a’lam. 
Dan ia adalah bulan diangkatnya amalan ke Rabul ‘alamin (Allah), maka aku senang jika amalku diangkat sedangkat aku dalam keadaan puasa.”[HR. Ahmad 5/201, Nasa’i 4/201, Ibnu Majah 3/103, dll.] 

Dan juga terdapat hadits umum yang mendorong kepada puasa (sunnah) tiga hari setiap bulan, dan juga puasa ayyamul bidh pada setiap bulan, yaitu pada tanggal 13, 14, dan 15 (kalender hijriyah), dan juga puasa pada bulan-bulan yang diharamkan, dan puasa pada hari senin dan kamis, dan bulan Rajab masuk pada keumuman itu. Dan jika engkau berkehendak untuk berpuasa setiap bulan, maka engkau dapat memilih puasa ayyamul bidh, atau puasa senin-kamis, dan jika tidak maka masih ada kesempatan-kesempatan yang lainnya. Adapun mengkhususkan hari-hari tertentu pada bulan Rajab maka kami tidak mengetahui dalil syar’i dalam hal tersebut. Wa billahi taufiq, wa shalallahu ‘ala nabiyyina wa aalihi wa shohbihi wa sallam.

Ringkasnya, berpuasa penuh di bulan Rajab itu terlarang jika memenuhi tiga point berikut.

1- Jika dikhususkan berpuasa penuh pada bulan tersebut, tidak seperti bulan lainnya sehingga orang-orang awam dapat menganggapnya sama seperti puasa Ramadhan.
2- Jika dianggap bahwa puasa di bulan tersebut adalah puasa yang dikhususkan oleh Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sebagaimana sunnah rawatib (sunnah yang mengiringi amalan yang wajib yaitu amalan puasa Ramadhan).
3- Jika dianggap bahwa puasa di bulan tersebut memiliki keutamaan pahala yang lebih dari puasa di bulan-bulan lainnya. (Lihat Al Hawadits wal Bida’, hal. 130-131. Dinukil dari Al Bida’ Al Hawliyah, 235-236)

Kesimpulan: Tidak ada yang istimewa dengan puasa di bulan Rajab kecuali jika berpuasanya karena bulan Rajab adalah di antara bulan-bulan haram, namun tidak ada keistimewaan bulan Rajab dari bulan haram lainnya. Yang tercela sekali adalah jika puasanya sebulan penuh di bulan Rajab sama halnya dengan bulan Ramadhan atau menganggap puasa bulan Rajab lebih istimewa dari bulan lainnya. Juga tidak ada pengkhususan berpuasa pada hari tertentu atau tanggal tertentu di bulan Rajab sebagaimana yang diyakini sebagian orang.

Jika memiliki kebiasaan puasa Senin-Kamis, puasa Daud atau puasa ayyamul biid, maka tetap rutinkanlah di bulan Rajab. Semoga Allah beri taufik untuk tetap beramal sholih..

Ingatlah..!! Ancaman Bagi orang yang Berdusta atas nama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassallam

Dari Samurah bin Jundub dan al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menyampaikan suatu hadits dariku yang hal itu tampak dusta, maka dia tergolong salah satu di antara dua pendusta.” (HR. Muslim dalam Mukadimah Shahihnya, lihat al-Jam’u Baina ash-Shahihain, hal. 8 )

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaknya dia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari, dan juga Muslim dalam Mukadimah Shahihnya, lihat al-Jam’u Baina ash-Shahihain, hal. 9)…

Wallahu a’lam bis showab, Semoga Allah memberi kita hidayah dan petunjuk ke jalan yang benar, serta menjauhkan kita dari hal-hal yang dibenci Allah dan Rasulnya, Nafaallahu bi Ilmina, Semoga Allah Memberi manfaat atas ilmu yang kita milik. Tiada beban yang ada di pundak kita, selain menyampaikan yang hak, hidayah ada di tangan Allah. Dan sungguh sangatlah beda orang yang mencari kebenaran, dan orang yang bertaqlid kepada orang untuk menguatkan pendapatnya, serta mencari dalil untuk memaksakan pendapatnya. Alllahu Yahdihim. Semoga Allah memberi hidayah kepada mereka, serta mengampuni dosa dosa kami.

Sumber : http://ibnaun.wordpress.com/2012/05/22/pengkhususan-puasa-bulan-rajab/