Beberapa hari ini..sedang heboh kata ta’aruf, baik
dikalangan mahasiswa kampus dan masyarakat umun, hanya saja ada perbedaan
kehebohan kedua kubu tersebut, di kalangan mahasiswa angkatan akhir khususnya
heboh kata ta’aruf..kata ta’aruf rame karena memang ada keinginan dari mereka
untuk menggenapkan setengah dien..bisa dibilang heboh lumayan baik..tapi kebanyakan heboh tapi belum ada
actionnya..kita doakan saja. Berbeda dengan heboh kata ta’aruf dikalangan
masyarakat sekarang..kata ta’aruf booming di kalangan masyarakat terutama kalangan ibu2 arisan, disebabkan hebohnya proses ta’aruf
dari seorang ustadz S..yang akan menikah
dalam waktu dekat ini, dan konon mendepat peringatan dari beberapa ulama bahkan
MUI pusat dikarenakan ada proses ta’aruf yang berlebihan..sehingga menyebabkan
beberapa media menyorot pengertian ta’aruf di tinjau dari segi syariat..
Saya carikan sedikit definisi atau yang membahas sedikit
terkait masalah ta’aruf
Ta'aruf sering diartikan 'perkenalan', kalau dihubungkan dengan pernikahan maka ta'aruf adalah proses saling mengenal antara calon laki-laki dan perempuan sebelum proses khitbah dan pernikahan. Karena itu perbincangan dalam ta'aruf menjadi sesuatu
yang penting sebelum melangkah ke proses berikutnya. Pada
tahapan ini setiap calon pasangan dapat saling mengukur diri, cocok gak ya
dengan dirinya. Lalu, apa aja sih yang mesti diungkapkan kepada sang calon saat
ta'aruf?
1. Keadaan Keluarga
Jelasin ke calon pasangan tentang anggota keluarga
masing-masing, berapa jumlah sodara, anak keberapa, gimana tingkat pendidikan,
pekerjaan, dll. Bukan apa-apa, siapa tahu dapat calon suami yang anak tunggal,
bokap ama nyokap kaya 7 turunan, sholat dan ibadahnya bagus banget, guanteng
abis, lagi kuliah di Jepang (ehm), pokoknya selangit deh! Kalo ketemu tipe
begini, sebelum dia atau mediatornya selesai ngomong langsung
kasih kode, panggil ortu ke dalam bentar, lalu bilang "Abi, boljug tuh
kaya' ginian jangan dianggurin nih. Moga-moga gak lama lagi langsung dikhitbah
ya Bi, kan bisa diajak ke Jepang!" Lho? :D
2. Harapan dan Prinsip Hidup
Warna kehidupan kelak ditentukan dengan visi misi suatu keluarga
lho, terutama sang suami karena ia adalah qowwan dalam suatu keluarga. Sebagai
pemimpin ia laksana nahkoda sebuah bahtera, mau jalannya lempeng atau
sradak-sruduk, itu adalah emahirannya
dalam memegang kemudi. Karena itu setiap calon pasangan kudu tau
harapan dan prinsip hidup masing-masing. Misalnya nih, "Jika kau menjadi
istriku nanti, harapanku semoga kita semakin dekat kepada Allah" atau
"Jika kau menjadi istriku nanti, mari bersama mewujudkan keluarga sakinah,
rahmah, mawaddah." Kalo harapan dan janjinya seperti ini, kudu' diterima
tuh, insya Allah janjinya disaksikan Allah SWT dan para malaikat. Jadi kalo
suatu saat dia
gak nepatin janji, tinggal didoakan, "Ya Allah... suamiku
omdo nih, janjinya gak ditepatin, coba deh sekali-kali dianya...,"
hush...! Gak boleh doakan suami yang gak baik lho, siapa tahu ia-nya khilaf
kan?
3. Kesukaan dan Yang Tidak Disukai
Dari awal sebaiknya dijelasin apa yang disukai, atau apa yang
kurang disukai, jadinya nanti pada saat telah menjalani kehidupan rumah tangga
bisa saling memahami, karena toh udah dijelaskan dari awalnya. Dalam pelayaran
bahtera rumah tangga butuh saling
pengertian, contoh sederhananya, istri yang suka masakan pedas
sekali-kali masaknya jangan terlalu pedas, karena suaminya kurang suka. Suami
yang emang hobinya berantakin rumah karena lama jadi bujangan), setelah menikah
mungkin bisa belajar lebih rapi, dll. Semua ini menjadi lebih mudah dilakukan
karena telah
dijelaskan saat ta'aruf. Namun harus diingat, menikah itu bukan
untuk merubah pasangan lho, namun juga lantas bukan bersikap seolah-olah belum
menikah. Perubahan sikap dan kepribadian dalam tingkat tertentu wajar aja-kan?
Dan juga hendaknya perubahan yang terjadi adalah natural, tidak saling memaksa.
4. Ketakwaan Calon Pasangan
Apa yang terpenting pada saat ta'aruf? Yang mestinya menduduki
prioritas tertinggi adalah bagaimana nilai ketakwaan lelaki tersebut. Ketakwaan
disini adalah ketaatan kepada Allah SWT lho, bukan nilai 'KETAKutan WAlimahAN'
:D Karena apabila seorang lelaki senang, ia akan menghormati istrinya, dan jika
ia tidak
menyenanginya, ia tidak suka berbuat zalim kepadanya. Gimana
dong caranya untuk melihat lelaki itu bertakwa atau tidak? Tanyakan kepada
orang-orang yang dekat dengan dirinya, misalnya kerabat dekat, tetangga dekat,
atau sahabatnya tentang ketaatannya menjalankan ketentuan pokok yang menjadi
rukun Iman dan Islam dengan benar. Misalnya tentang sholat 5 waktu, puasa
Ramadhan, atau pula gimana sikapnya kepada tetangga
atau orang yang lebih tua, dan lain-lain. Apalagi bila lelaki
itu juga rajin melakukan ibadah sunnah, wah... yang begini ini nih, 'calon
suami kesayangan Allah dan mertua.'
kalo mencari kriteria suami yang sempurna, kemana ujung dunia dikejar g bakalan ketemu..dalam kajian ust. tri asmoro menjelaskan, saat kita menemukan pasangan ndilalah, pasangan kita belum pernah kita kenal sebelumnya, tapi kalo diniatkan atas dasar ibdah mencari ridho Alloh..atas ijin.Nya..pasti Dia akan memberikan mahabbah di antar keduanya sakinah, mawaddah, dan warohmah di dalam keluarganya..
kalo mencari kriteria suami yang sempurna, kemana ujung dunia dikejar g bakalan ketemu..dalam kajian ust. tri asmoro menjelaskan, saat kita menemukan pasangan ndilalah, pasangan kita belum pernah kita kenal sebelumnya, tapi kalo diniatkan atas dasar ibdah mencari ridho Alloh..atas ijin.Nya..pasti Dia akan memberikan mahabbah di antar keduanya sakinah, mawaddah, dan warohmah di dalam keluarganya..
Apabila hukum pernikahan seorang laki-laki telah masuk kategori wajib, dan segalanya pun telah terencana dengan matang dan baik, maka ingatlah kata-kata bijak, 'jika berani menyelam ke dasar laut mengapa terus bermain di kubangan, kalau siap berperang mengapa cuma bermimpi menjadi pahlawan?'
Ya akhi wa ukhti fillah,
Semoga antum segera dipertemukan dengan pasangan hidup, dikumpulkan dalam kebaikan, kebahagiaan, kemesraan, canda tawa yang tak putus-putusnya mengisi rongga kehidupan rumah tangga. Kalaupun nanti ada air mata yang menetes, semoga itu adalah air mata kebahagiaan, tanda kesyukuran kepada Allah SWT karena Ia telah memberikan pasangan hidup yang selalu bersama
mengharap keridhoan-Nya, aamiin allahumma aamiin.
Wallahu a'lam bishowab, fii khairin.
amin amin
BalasHapusamin
BalasHapus